a humble servant

Ada beberapa hal yang aku dapatkan ketika pulang ke singkawang kemaren..
Hal yang aku maksud di sini adalah berkaitan dengan berkat rohani.

1 statemen yang dikeluarkan oleh pembicara :
“Salah satu ciri seorang yang penuh dengan Roh Kudus adalah seorang yang rendah hati.”

Sering kali seseorang dinilai penuh Roh Kudus ketika ia berkhotbah dengan sangat baik, ia melayani dengan sangat baik, ia berkata-kata dengan penuh hikmat, dsb..

Tapi kali ini aku mendapatkan statemen yang berbeda.. yaitu berkaitan dengan kerendahan hati.

Aku mengakui inilah yang paling sulit untuk aku dapatkan dan lakukan. Sering kali yang aku dapatkan adalah sikap arrogan dan sikap rendah diri, yang secara tidak langsung juga mengandung kesombongan di dalamnya.

Satu sifat yang sangat aku gumulkan, yaitu rendah hati.

Seorang yang rendah hati, ketika Firman Tuhan diberitakan, tidak melihat pada penilaian pribadi akan kwalitas pembicara. Ia akan mendapatkan secara jelas apa yang Tuhan ingin sampaikan padanya lewat pembicara apa pun (dengan syarat : ga bidat).
Khotbah sederhana sekalipun, khotbah yang begitu sering didengar, namun ketika seorang yang rendah hati mendengarnya, ia tetap akan mendapatkan sesuatu dari Tuhan.
Karena ia tidak meninggikan dirinya di hadapan Tuhan, melainkan merendahkan diri di hadapan Tuhan, dan Tuhan berkenan dengan orang seperti ini.

Sering kali ketika aku akan mendengarkan khotbah, aku bertanya, “siapa pembicaranya?” dengan motivasi salah.. Berharap mendapatkan pembicara yang dinilai berkwalitas.. Dan ketika mendapatkan bahwa pembicara tersebut adalah seorang yang biasa2 saja, maka akan dengan mudahnya berdosa dengan cara men-judge secara tidak langsung bahwa akan sulit mendapatkan sesuatu.
Dan pada saat itu juga aku sudah menjadi calon seorang yang tidak akan mendapatkan berkat rohani.. Kecuali aku mau memperbaiki motivasi yang salah itu..

Bersyukur untuk 1 statemen berharga yang telah aku dapatkan tersebut..

Dan berjuang.. di dalam hidup yang penuh perjuangan ini, tetap belajar untuk rendah hati, tidak dengan kepura-puraan, namun dengan tulus.

The struggle of live : learn to be a humble servant

This entry was posted in share, The Struggle. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *